Selasa, 24 September 2024

SUPLEMEN KHOTBAH MINGGU GBKP TGL. 29 SEP. 2024

Pdt. Larena Sinuhadji (Nd. ReyRapha Tarigan)

Minggu Peningkatan Ekonomi Jemaat

Invocatio : “Ia memanggil sepuluh orang hambanya dan memberikan sepuluh mina kepada mereka, katanya: “Pakailah ini untuk berdagang sampai aku datang kembali” (Lukas 19:13)
Ogen : Kisah Para Rasul 20:32-35 (Tunggal)
Khotbah : Amsal 27:23-27 (Tunggal)
Tema : BEKERJA DENGAN BAIK (ERDAHIN ALU MEHULI)

PENDAHULUAN

Ada kutipan yang dituliskan Irawan Senda, seorang penulis novel, demikian, “Kadang sebuah pencapaian kesuksesan itu punya standar yang berbeda, jangan terlalu terpaku dengan standar orang lain. Banyak orang yang akhirnya merasa terintimidasi dengan jalan sukses orang lain dan akhirnya terpuruk oleh sudut pandang orang lain untuk menggapai kesuksesannya. Lebih baik bijaksana bila kita memberi standar kesuksesan sendiri, tak perlu malu dengan lingkupnya, karena kesuksesan itu yang terpenting bukanlah besar kecilnya, namun bagaimana kita mensyukuri dan menghargai proses.”

Kutipan ini mengingatkan kita untuk  mensyukuri apa yang telah Tuhan berikan kepada kita dan terus bekerja keras untuk mendapatkan kesuksesan kita tanpa harus membandingannya dengan orang lain. Terkadang tekhnologi maju dengan sosial medianya membuat kita sibuk melihat kesuksesan orang lain sehingga membuat kita terintimidasi. Padahal yang dipentingkan adalah usaha, kerja keras dan tetap bersyukur dengan apa yang ada. Oleh karena itu, pada saat ini, di Minggu Peningkatan Ekonomi Jemaat, kita kembali diingatkan bahwa kerja adalah anugerah Tuhan yang harus disyukuri dan dikerjakan dengan baik.

AMSAL 27:23-27 (KHOTBAH)

Dalam Perikop yang menjadi renungan kita, ada beberapa hal yang harus kita perhatikan dalam meningkatkan ekonomi, yaitu MODAL, PROSES, HASIL dan paling penting KEPERCAYAAN KEPADA TUHAN. Mari kita renungkan satu per satu.

Yang pertama MODAL (ay. 23). Mengenal baik-baik dan memperhatikan keadaan kambing domba dan kawanan ternakmu (bhs. Karo: “Piaralah asuh-asuhenndu alu mehuli”). Dengan kata lain, kita bersyukur atas anugerah yang telah diberikan Tuhan dalam hidup kita. Sekecil apapun yang telah Tuhan berikan kita rasakan dan kita hitung satu-satu persatu (lagu: “Berkat Tuhan mari hitunglah”). Karena yang sering terjadi, kita lebih fokus kepada yang tidak ada daripada yang ada yang telah Tuhan berikan. Sebagai contoh, kita iri melihat modal besar orang lain, padahal kita sudah diberi Tuhan kesehatan, keterampilan (menjahit, memasak), dll., tetapi kurang disadari dan dikembangkan.

Kedua, PROSES. Ay. 25 mengatakan bahwa kalau rumput lenyap dan tunas muda nampak, dan rumput di gunung di kumpulkan (terj. TB - II, “Tumbuh-tumbuhan”) dikumpulkan. Ayat ini mengajarkan kita perlunya kerja keras untuk mengembangkan apa yang ada pada kita. Peternak harus memperhatikan dan memanfaatkan setiap musim yang ada. Ketika musim panas, seorang peternak membawa kawanan ternaknya di padang rumput agar ternak dapat langsung memakan rumput yang segar. Lalu rumput lenyap karena ternak telah memakan rumput-rumput tersebut dan pada musim berikutnya akan tumbuh kembali. Selanjutnya pada musim dingin, peternak mengumpulkan rumput dan membawanya ke kandang agar dapat dimakan oleh ternaknya.

Ketiga, HASIL. Kita sering mendengar istilah, “Usaha tidak pernah menghianati hasil.” Usaha dan kerja keras mendatangkan hasil yang maksimal. Peternak menghasilkan domba-domba dengan bulunya yang dapat diolah untuk pakaian, dan ternak juga dapat diperjualbelikan untuk membeli aset yang lain (investasi masa depan), dalam hal ini ladang. Kebutuhan hidup tercukupi untuk keluarga dan bahkan menjadi berkat bagi orang lain.
Dan yang tidak kalah penting adalah PENYERAHAN HIDUP KITA SECARA TOTAL KEPADA TUHAN, karena tidak ada yang abadi di dunia ini, termasuk harta benda yang kita kumpulkan (ay. 25). Hanya Tuhan yang kekal dan abadi. Harta benda kita butuhkan untuk kelangsungan kehidupan kita, tetapi jangan pernah lupa kepada Tuhan Sang Pemberi berkat dalam hidup kita.

KISAH PARA RASUL 20:32-35 (OGEN)

Paulus dalam kata-kata perpisahannya kepada Penatua-penatua di Efesus, memberikan motivasi dan teladan bahwa dalam pelayanannya Paulus tidak money oriented. Motivasinya dalam melayani bukanlah untuk mengejar materi. Bahkan ia bersama rekan sepelayanannya berusaha untuk tidak menjadi beban bagi jemaat. Di sela-sela pekerjaan utamanya sebagai pemberita Injil, bila ada waktu luang, Paulus memanfaatkannya dengan membuat tenda. Sehingga tidak ada waktu yang terbuang percuma. Paulus adalah seorang pekerja keras yang tidak mau bergantung pada orang lain untuk memenuhi keperluannya dan keperluan timnya untuk melayani, bahkan Paulus bisa membantu orang-orang yang lemah. Dengan bekerja keras kita dapat menjadi berkat bagi orang lain dengan cara membantu orang-orang lemah. Paulus mengutip perkataan Yesus dengan mengatakan, “Lebih berbahagia memberi daripada menerima.”

LUKAS 19:13 (INVOCATIO)

Teks ini merupakan bagian dari perumpamaan tentang uang mina di mana seorang bangsawan berpegian ke sebuah negeri yang jauh untuk dinobatkan sebagai raja. Sebelum berangkat, ia memberikan 10 mina kepada mereka, “Pakailah ini untuk berdagang sampai aku datang kembali.” Rupanya ada yang sungguh-sungguh mengelola apa yang telah diberikan bangsawan tersebut (ay. 16, menghasilkan 10 mina dan ia mendapatkan kekuasaan atas 10 kota. Ay. 18, menghasilkan 5 mina dan ia mendapatkan kekuasaan atas 5 kota) dan ada juga yang sama sekali tidak melakukan apa apa (ay. 20, ia menyimpannya saja dalam sapu tangan dan akhirnya mina yang ada padanya diberikan kepada orang yang mempunyai 10 mina dan ia mendapat hukuman). Perumpamaan ini mengajarkan kita untuk bekerja keras, bekerja cerdas dan bertanggung jawab dengan apa yang Tuhan sudah berikan kepada kita.

Versi Audio silahkan klik : https://youtu.be/FfywmzqDYGI
APLIKASI

Tema kita pada Minggu Peningkatan Ekonomi Jemaat ini BEKERJA DENGAN BAIK (ERDAHIN ALU MEHULI). Bekerja adalah anugerah yang diberikan Tuhan kepada kita. Sebagai rasa syukur atas apa yang telah Tuhan berikan, baik kesehatan, kekuatan, kepandaian, keterampilan, pekerjaan, dll., mari kita pakai semua itu dengan maksimal. Bekerja dengan penuh integritas. Kita menginginkan ekonomi kita semakin meningkat, lebih baik dari sebelumnya. Kalau bisa jangan mundur. Tetapi pada kenyataannya terkadang terjadi pasang surut dalam kehidupan. Artinya yang paling penting adalah semangat bekerja dan tangguh menghadapi setiap tantangan yang ada. Jangan pernah putus asa.

Prinsip Etos Kerja “4 As” (kerAs, cerdAs, tuntAs dan iklAs) menyemangati kita dalam bekerja dan berusaha. Bekerja bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan hidup kita tetapi juga menjadi berkat bagi sesama yang membutuhkan. Sebagaimana ajaran Reformator Yohanes Calvin, bahwa bekerja bukan hanya sebagai vokasi (tenaga kerja yang terampil, ahli di bidangnya, siap kerja, dan mampu bersaing secara global),  tapi bekerja adalah sarana bagi manusia untuk dapat melayani sesama dalam kasih dan keadilan. Sehingga pekerja Kristen tetap dapat memuliakan Tuhan melalui pekerjaannya.

Semboyan “Laborare est orare” (bekerja adalah berdoa) mengingatkan kita bahwa apapun yang kita kerjakan (pekerjaan yang positif) sama nilainya dengan doa kita ataupun ibadah kita kepada Tuhan. Semboyan yang kembali muncul sekitar abad 17-19 karena etos kerja Calvinisme yang mendasari pemahaman Soli Deo Gloria, semua demi kemulian Tuhan. Memang dalam teologi Calvin, Soli Deo Gloria yang sangat penting, karena semua yang telah Tuhan berikan dalam kehidupan kita harus kita pertanggungjawabkan untuk kemuliaan Tuhan. Jadi ketika bekerja dengan baik, maksimal, bahkan berintegritas, sama halnya dengan kita beribadah kepada Tuhan. Dengan demikian jelas, kita bekerja keras tujuan utamanya bukan untuk kaya secara materi, tetapi untuk memuliakan Tuhan. Ketika Tuhan memberikan kekayaan materi melalui kerja keras kita, itu adalah bonus yang dipercayakan Tuhan kepada kita agar dikelola dengan baik sehingga dapat disalurkan juga kepada orang lain yang membutuhkan. 

Kita sebagai orang Karo pada umumnya pekerja keras (erdahin alu erbintuas). Tapi jangan sampai jatuh kepada pemahaman bekerja tanpa henti untuk memenuhi kebutuhan hidup, sampai-sampai tidak ada lagi waktu untuk beristirahat, berkumpul dengan keluarga, bahkan tidak sempat lagi beribadah bersyukur kepada Tuhan. Ula sempat tarum ngayak-ngayak si man tadingenken, tading si man ayaken, e me kinitekenta. Sebab banyak pengaruh negatif zaman canggih saat ini yang mendorong kita untuk mendapatkan kekayaan materi dengan cara-cara instan (pengedar narkoba, pinjol, judi online, dll.). Tuhan menolong kita untuk tetap melakukan apa yang baik dan benar demi kemulian namaNya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar