Tampilkan postingan dengan label Renungan Pribadi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Renungan Pribadi. Tampilkan semua postingan

Minggu, 29 November 2015

Renungan Minggu Advent

MINGGU-MINGGU ADVENT[1]
(Pdt. Dr. Jadiaman Peranginangin)

Enggo ka me kita bengket ku bas Minggu-minggu Adven i bas Kalender Gerejawinta. Lit empat minggu dekahna. Ibenaken i bas tgl. 29 November, tgl. 6 Desember, 13 ras 20. E maka tgl. 24 malam Natal (Christmas Eve) ras 25 Desember wari Natal. Je nari tgl. 26 sitambahi ka alu Natal si peduaken. Si jadi penungkunen man banta, lit dengalah ndia ertina ibahan Minggu-minggu Adven enda adi tgl. 1 Desember nari pe kita enggo erwari Natal?

Senin, 27 Oktober 2014

Jika Aku Lemah Maka Aku Kuat

Jika Aku Lemah Maka Aku Kuat
(Pdt. Larena br. Sinuhadji)

Sebelum menuliskan tulisan ini saya membaca sebuah tulisan Pdt. Prof. E.G. Singgih, Ph.D, dalam bukunya yang berjudul “Mengantisipasi Masa Depan”. Salah satu judul tulisan dalam bukunya adalah “Merehabilitasi Teologi Mistik: Pertimbangan dari sudut Protestantisme.” Ada beberapa point penting dalam tulisan ini yang bisa dijadikan acuan dalam pelayanan pendampingan orang-orang yang sakit berkepanjangan dan tidak mengalami kesembuhan. Berikut ini beberapa petikan dari tulisan tersebut yang mengambil pengalaman Rasul Paulus dalam 2 Korintus 12:1-10 ketika ia mengalami penyakit yang tidak tersembuhkan. 

Senin, 20 Oktober 2014

PEACE

PEACE (PERDAMAIAN)
Pdt. Larena br. Sinuhadji

"Some people in the world have never seen peace, only violence, which means they have been blind most of their lives. Let's enable them to see – 'Peace'." (Mathew Dimarco).

Ada satu kisah tentang seorang anak kecil bernama Putri. Putri gadis kecil berusia 5 tahun, suatu hari ikut ibunya berbelanja. Ketika itu ia melihat sebuah kalung mutiara tiruan. Kelihatannya amat indah, meskipun harganya tidak mahal. Putri sangat ingin memiliki kalung tersebut, dan mulai merengek kepada ibunya. Akhirnya sang ibu setuju, dan berkata, “Baiklah anakku, ibu akan membelikannya untukmu. Tetapi nanti, sesampai di rumah, kita buat daftar pekerjaan yang harus kamu lakukan sebagai gantinya. Dan biasanya nenek selalu memberimu uang pada hari ulang tahunmu. Itu juga harus kamu berikan kepada ibu.” “Baik,” kata Putri setuju. Mereka lalu membeli kalung tersebut. Setiap hari, dengan rajin mengerjakan pekerjaan yang ditulis dalam daftar yang ditulis dalam daftar oleh ibunya. Uang yang diberikan oleh neneknya pada hari ulang tahunnya juga diberikannya kepada ibunya. Tidak berapa lama, perjanjiannya dengan ibunya pun selesai. Ia mulai memakai kalung barunya dengan rasa bangga. Ia pakai kalung itu kemanapun ia pergi.

Kamis, 16 Oktober 2014

Puisi Usang "Sang Pendeta"

Puisi Usang Sang Pendeta
(Pdt. Larena br. Sinuhadji)

Kalau ia muda dianggap kurang pengalaman
Tapi bila rambutnya beruban, ia dianggap terlalu tua
Kalau keluarganya besar, ia adalah beban jemaat
Bila tidak punya anak, ia tidak layak diteladani
Kalau istrinya/suaminya aktif, dituduh mau menonjolkan diri
Bila tidak, istrinya/suaminya tidak mendukung pelayanan Sang Pendeta

Kalau khotbah sambil membaca, sangat membosankan
Kalau khotbah di luar kepala, itu tandanya tidak mempersiapkan diri
Kalau khotbahnya banyak contoh-contohnya, ia kurang Alkitabiah
Kalau tidak, khotbahnya terlalu tinggi
Kalau khotbahnya panjang, membuat orang mengantuk
Kalau khotbahnya pendek, ia Pendeta pemalas

Rabu, 15 Oktober 2014

Syaloom

Syaloom…???
(Pdt. Larena br. Sinuhadji)

Syaloom…! Mungkin kita sering mendengar atau mengucapkan kata ini. Sebagai contoh, ketika memulai ibadah, atau kegiatan-kegiatan gereja lainnya, pelayan/hamba Tuhan akan menyapa jemaat dengan perkataan syaloom. Ketika kita berkunjung ke rumah seorang saudara seiman, kita juga memberi salam dengan kata syaloom. Menerima atau menghubungi seseorang baik melalui Hp atau telepon sudah merupakan hal yang biasa kita mengawalinya dengan perkataan syaloom. Dan biasanya salam ini pun direspon dengan nada penuh semangat baik oleh jemaat maupun pribadi lepas pribadi. Berbeda halnya dengan salam dalam bahasa daerah (misalnya: mejuah-juah, horas), biasanya kurang mendapat respon yang hangat dari jemaat atau dari lawan bicara kita. Padahal sebenarnya kalau kita telusuri perkataan syaloom memiliki konsekuensi yang cukup berat.
Kata Syaloom adalah berasal dari bahasa Ibrani yang menunjuk kepada suatu keadaan yang ideal. Dalam PL, kata syaloom dipergunakan sebayak 237 kali. Kata Syaloom dipakai untuk ucapan selamat bila bertemu dengan orang yang bukan musuh. Dalam dunia politik-militer, kata syaloom berarti: damai, perdamaian antara orang, kota, suku bangsa yang sedang bermusuhan atau berperang (bdk. Hakim-hakim 21:13; I Samuel 7:14, I Raja-raja 5:4, Ulangan 10:20). Umumnya arti kata syaloom dalam PL mempunyai arti: berlimpah, kenyang, rasa puas, bahagia, utuh dan lengkap. Atau menunjuk pada suatu keadaan yang utuh-lengkap meliputi manusia seluruhnya dan dari semua segi kehidupan dan bukan hanya sekedar perkataan salam saja.