Pdt. Larena Sinuhadji (Nd. ReyRapha Tarigan)
Minggu VI Kenca Trinitatis - Minggu GBKP Njayo
84 Tahun GBKP Njayo (Rupa Liturgi: Meratah)
Invocatio : “Sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus” (Efesus 4:13)
Ogen : Ulangan 32:1-4 (Responsoria)
Khotbah : 1 Timotius 6:11-16 (Tunggal)
Tema : MEGEGEH I BAS PERLUMBAN IMAN (KUAT DI DALAM PERLOMBAAN IMAN)
PENGANTAR
Rasul Paulus seringkali menggunakan istilah-istilah yang berkaitan dengan perlombaan untuk menggambarkan perjuangan iman, misalnya: Roma 5:3-4; 1 Kor. 9:24-26; Gal. 5:7; 2 Tim. 4:7. Istilah-istilah tersebut digunakan Paulus untuk menekankan pentingnya ketekunan dan disiplin dalam beriman kepada Kristus, sekaligus mendorong orang-orang percaya untuk menjalani kehidupan Kristen mereka dengan fokus yang jelas yaitu keselamatan kekal.
Dalam perjalanan sejarah kekristenan, tentu sudah banyak pendahulu-pendahulu kita yang sudah mencapai garis akhir perlombaan. Seperti Paulus, mereka semua sudah mengakhiri perlombaan dengan baik, mereka sudah berhasil mempertahankan iman sampai garis akhir, setelah sebelumnya menghadapi berbagai macam tantangan dan penderitaan yang luar biasa. Kita semua pada zaman ini juga tengah berada dalam proses terus berjuang mencapai garis akhir, walaupun apa yang kita hadapi pada zaman ini tidak sebanding dengan para pendahulu kita yang mendapatkan berbagai deraan fisik dan psikis karena imannya kepada Kristus.
Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, Minggu ini bersama-sama kita memperingati kemandirian GBKP yang sudah berusia 84 tahun. Banyak pengalaman yang telah dilalui GBKP untuk sampai kepada kemandirian, namun perlombaan belum selesai.
PENJELASAN BAHAN ALKITAB
Khotbah:
Perikop yang menjadi bahan khotbah kali ini berada di bawah judul perikop “Pesan penutup.” Dalam Alkitab BIMK diberi judul “Petunjuk-petunjuk pribadi.” Mengapa diberi judul “petunjuk-petunjuk pribadi?” Paulus tentu sangat mengenal Timotius sebagai anak rohaninya. Apa saja yang menjadi kelebihan dan kekurangan Timotius. Pada ayat sebelumnya, Paulus mengingatkan tentang bahaya cinta akan uang dan nafsu untuk menjadi kaya. Mungkin saja salah satu kelemahan Timotius adalah mudah tergoda dengan uang dan kekayaan. Itulah sebabnya perikop ini diberi judul “petunjuk-petunjuk pribadi” dengan maksud untuk mengingatkan sekaligus memotivasi Timotius.
Pedoman Penafsiran Alkitab LAI menerjemahkan ay. 11 sebagai berikut: “Tetapi kamu, Timotius, kamu adalah utusan Allah. Jadi kamu harus berusaha jangan sampai ikut berbuat hal-hal yang jahat seperti itu. Sebaliknya, kamu harus menguatkan hati untuk tetap melakukan apa yang Allah inginkan darimu; hidup dengan cara yang disukaiNya, makin percaya kepada Kristus, mengasihi orang lain, tahan menghadapi berbagai kesulitan, dan bersikap lemah lembut terhadap orang lain.”
Lalu pada ayat berikutnya, Paulus memotivasi Timotius agar terus berjuang menghadapi berbagai tantangan, baik dari luar maupun dari dalam dirinya. Alasannya jelas yaitu hidup kekal yang telah diterima Timotius di dalam Yesus Kristus. Pedoman Penafsiran Alkitab LAI menerjemahkan ay. 12 sebagai berikut: “Allah telah memanggilmu supaya kamu memperoleh hidup yang kekal itu. Pada waktu itu kamu mengaku dengan tegas bahwa kamu percaya kepada Kristus, dan orang banyak menyaksikannya. Jadi pertahankanlah bagi dirimu hidup yang kekal itu dengan terus berjuang untuk hidup sesuai dengan ajaran yang benar dari Kristus.”
Bila dikaitkan dengan tema ibadah Minggu ini, maka ay. 11-12 sudah cukup untuk menjelaskan bahwa kita semua harus kuat, bertahan, atau tetap teguh di dalam perlombaan mempertahankan iman. Namun demikian dapat dijelaskan bahwa ay. 13-16 merupakan pelengkap ajakan Paulus kepada Timotius agar tetap setia dan taat sampai akhir.
Ogen:
Bacaan Alkitab yang pertama menceritakan tentang Musa yang diperintahkan oleh Allah untuk menyampaikan pengajaran terakhir melalui nyanyian. Pada waktu itu terjadi suksesi kepemimpinan dari Musa kepada Yosua, dan Tuhan memerintahkan Musa untuk menyampaikan pengajaran terakhir melalui nyanyian. Oleh karena itu bacaan pertama ini berada di bawah judul perikop “Nyanyian Musa.” Sangat menarik bahwa salah satu metode pengajaran iman pada waktu itu adalah melalui nyanyian. Menurut informasi dari AI, memang ada banyak manfaat dari bernyanyi, dua di antaranya adalah: dapat menstimulasi otak untuk menyerap informasi dengan lebih mudah, serta dapat membangun karakter yang baik dalam diri seseorang.
Ay. 1-4 merupakan bagian pembuka dari syair nyanyian Musa, berisi pengakuan iman akan kemahakuasaan TUHAN Allah Israel. Di sini Musa mengajak bangsa Israel seluruh bumi untuk mendengarkan ajaran-ajaran TUHAN Allah dengan saksama. Artinya harus didengarkan dengan teliti dan cermat. Mengapa demikian? Karena ajaran-ajaran Tuhan tidak ada yang sia-sia. Ajaran-ajaran Tuhan itu digambarkan seperti air yang akan memuaskan dahaga siapapun yang meminumnya. Memberi kehidupan dan kekuatan baru. Musa sendiri sudah merasakannya. Selain itu, dalam pengalaman iman bangsa Israel, Tuhan yang disembah bangsa Israel adalah Tuhan yang luar biasa. Pada ay. 4 dinyatakan bahwa Tuhan adalah pembela yang perkasa, karya-karyaNya sempurna, adil, setia, tidak ada kecurangan. Tuhan Allah Israel selalu melakukan yang baik dan benar. Oleh karena itu Musa bertekad untuk terus memuji Tuhan dan mewartakan kebesaran Tuhan dalam sisa hidupnya.
Invocatio:
Rasul Paulus mengajarkan kepada Jemaat Efesus bahwa setiap orang percaya telah menerima suatu pemberian. Mungkin dapat disamakan dengan karunia-karunia rohani. Dalam hal ini secara khusus Paulus menyebut lima jenis pemberian, yaitu: rasul, nabi, pemberita Kabar Baik, guru-guru, dan pemelihara jemaat. Pemberian-pemberian itu bertujuan untuk memperlengkapi jemaat agar dapat melayani Tuhan dengan baik, tidak mudah diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran yang dapat menyesatkan serta membangun tubuh Kristus.
Secara khusus yang menjadi fokus dalam invocatio kali ini, Rasul Paulus ingin menyampaikan kepada Jemaat Efesus bahwa pemberian-pemberian itu bertujuan untuk mempererat kesatuan di dalam iman serta untuk mendewasakan iman seluruh pengikut Kristus, khususnya umat beriman di Efesus.
APLIKASI
Apa pesan firman Tuhan pada Minggu setelah Trinitatis ini, di mana kita memperingati 84 tahun kemandirian GBKP? Pertama-tama, melalu firman Tuhan kali ini, seluruh umat GBKP diingatkan kembali bahwa menerima anugerah keselamatan melalui iman kita kepada Kristus saja masih belum selesai. Bahkan dapat dikatakan itu adalah awal dari perjuangan mempertahankan iman. Sebagaimana Timotius, kita pun diajak untuk terus berjuang mempertahankan iman. Oleh karena itu kita semua harus kuat, terus bertahan, hidup bergantung sepenuhnya kepada Allah Bapa di dalam Roh Kudus. Apapun pergumulan hidup yang tengah kita alami saat ini, yakinlah, apabila kita tetap taat dan setia, Tuhan akan memampukan kita mencapai garis akhir.
Kedua, seperti Musa, tetaplah kita bernyanyi memuji Tuhan. Karena puji-pujian kepada Tuhan dapat menguatkan iman kita. Melalui puji-pujian kepada Tuhan, kita akan selalu diingatkan tentang kasih Tuhan yang luar biasa. Kita akan selalu diingatkan bahwa Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang berkuasa atas dunia ini. Tidak ada penderitaan apapun yang mampu memisahkan kita dari kasih dan kuasa Tuhan. Marilah kita fokus kepada kasih dan kuasa Tuhan, jangan terpaku kepada masalah atau pergumulan yang saat ini tengah kita hadapi. Bernyanyilah terus sampai Tuhan datang.
Ketiga, marilah kita kelola dengan baik pemberian-pemberian Tuhan kepada kita. Tuhan ingin agar kita semua ikut ambil bagian di dalam pembangunan tubuh Kristus melalui talenta, karunia-karunia rohani, atau apapun bentuk pemberian Tuhan kepada kita. Dengan demikian kita bisa saling menopang satu dengan yang lain, saling menolong, saling melengkapi, saling memperhatikan. Bila hal ini dapat diwujudkan, maka GBKP akan terus-menerus menjadi berkat, khususnya di tengah-tengah situasi bangsa dan negara kita yang sedang tidak baik-baik saja.
Pada hari Minggu ini, kita memperingati 84 tahun kemandirian GBKP. Tahun 1941 GBKP terpaksa melepaskan diri dari Belanda, karena Jepang sudah menguasai Indonesia. Di tengah kondisi dan situasi yang terjadi pada waktu itu, GBKP mulai dipimpin oleh pendeta-pendeta Karo. Secara perlahan dan bertahap, GBKP terus berbenah menjadi gereja yang dewasa dan mandiri. Kondisi ini harus tetap terus dipertahankan walaupun GBKP telah menjadi mitra berbagai gereja di luar negeri. Semangat kemandirian secara dana, daya, dan teologia, harus terus kita nyalakan. Apa yang belum tercapai dalam kurun waktu 84 tahun harus terus digapai. Kehadiran yang 40% itu harus kita evaluasi bersama, di mana letak masalahnya, serta terus mencari solusi-solusi terbaik untuk mengatasi masalah ini. Defisit keuangan di beberapa gereja juga menjadi pergumulan kita bersama. Serta masih banyak lagi yang harus kita sempurnakan bersama-sama. Marilah kita ikut ambil bagian di dalam pembangunan tubuh Kristus di GBKP.
Terakhir untuk kita semua umat GBKP ada baiknya kita renungkan apa yang disampaikan oleh Pdt. Addi S. Patriabara dalam suatu webinar yang diselenggarakan oleh ABB. Beliau mengatakan, ada beberapa tahapan dalam mengikut Tuhan:
- Crowded. Mengikut Tuhan karena ada kerumunan atau keramaian. Misalnya, umat tertentu baru akan datang ke gereja kalau ada pesta-pesta, Natal, Paskah, Tahun Baru, yang mengundang artis (perkolong-kolong), lalu ada doorprize-nya. Ini namanya umat musiman.
- Community. Mengikut Tuhan karena ada komunitas yang sama. Misalnya, orang yang mau bergabung ke GBKP karena di situ ada komunitas Karo dengan ikatan perkade-kaden atau ikatan merga saja. Bukan karena Kristus.
- Choice. Mengikut Tuhan karena panggilan atau pilihan. Orang-orang yang dengan kesadaran penuh, menjadi anggota GBKP semata-mata karena percaya kepada Kristus, bukan karena ada kepentingan-kepentingan lainnya yang sifatnya egosentris.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar