PA MORIA 19-25 OKTOBER
2014
(Pdt. Larena br. Sinuhadji)
Tema :
PERMULIAKENLAH DIBATA ALU KEPENTARENNDU
Tujun :
Gelah Moria :
Meteh maka Salomo makeken
kepentarenna guna mpermuliaken Dibata ibas majeken Rumah Pertoton
Meteh maka Dibata nehken
padanna man kalak si makeken kepentarenna guna kemulian Dibata
Makeken teknologi si
genduari guna kesejahteraan keluarga, perpulungen ras guna kemulian Tuhan.
Si Man Ogen :
1 Raja-raja 6:1-14
Metode PA :
Studi Kasus
Beberapa keterangan teknis untuk
mendalami perikop :
- Perikop ini berbicara tentang Raja Salomo yang mendirikan Bait Suci (Rumah Pertoton), setelah tahun keempat dia menjadi raja, artinya Salomo bekerja dengan cepat tidak membuang-buang waktu merealisasikan apa yang telah diprogramkan oleh raja Daud ayahnya pada waktu itu (lih. 2 Sam. 7:12-13). Salomo sendiri memerintah Kerajaan Israel selama 40 tahun (1 Raj. 11:41-43)
- Disebutkan bahwa pada bulan Ziw, bulan kedua, maka Salomo mulai mendirikan rumah bagi Tuhan. Kelender Yahudi seluruhnya berjumlah 12 bulan dengan rentang hari antara 29-30 hari (Nisan, Iyyar/Ziw, Siwan, Tammuz, Av, Elul, Tishri, Marheshwan, Kislew, Tebeth, Shevat, Adar).
- Ukuran Rumah Tuhan atau Bait Suci berdasarkan 1 Raj. 6 adalah (1 hasta = 45 Cm) : panjang 60 hasta (27 M), lebar 20 hasta (9 M) dan tinggi 30 hasta (13,5 M). Ukuran Ruang Maha Kudusnya : 20 hasta (9 M), dari 27 M panjang Bait Suci. Berarti ada sisa 18 M. Lebarnya menurut lebar Bait Suci itu yaitu 20 hasta (9 M), dan tingginya 20 hasta (9 M) dari tinggi Bait Suci itu yang 30 hasta (13,5 M). Ukuran Ruang Suci atau ruang besarnya : 40 hasta (18 M). Jadi, panjang 27 meter itu dibagi 2, yang satu 9 M sebagai ruang Mahakudus, sedangkan yang satunya 18 M untuk ruang kudusnya. Ukuran Kerubnya tingginya 10 hasta (4,5 M). Jadi, Bait Suci ini ukurannya sebesar rumah 9 x 27 M, dengan tingginya 13,5 M. Terdiri dari 2 ruangan : ruang Maha Kudus untuk tempat Tabut Perjanjian, sedangkan Ruang Kudusnya untuk tempat mezbah, kaki dian dan meja roti sajian.
Uraian
Ogen
Yang menarik
dari perikop ini bahwa Salomo sungguh-sungguh memberikan yang terbaik dalam
rangka membangun rumah Tuhan, tidak asal-asalan. Dari hal yang sangat kecil,
soal jendela (ay. 4), ada tambahan kamar pada belakang rumah Tuhan tersebut
yang dibangun 3 tingkat, masing-masing setinggi 2,2 M. Balok-balok yang dipakai
pun dari kayu cemara/aras Libanon yang terkenal kokoh. Bahkan yang luar biasa,
selama Rumah Tuhan itu dibangun, sama sekali tidak terdengar bunyi palu, kapak
atau perkakas besi, sebab batu-batu yang dipakai untuk pembangunan itu telah
disiapkan terlebih dahulu ketika masih di tambang-tambangnya.
Demikianlah
Salomo membangun Rumah Tuhan itu sampai selesai. Salomo menyelesaikankan
pembangunan Rumah Tuhan selama 7 tahun (bukan 11 tahun 8 bulan, koreksi di Buku PA Moria), lihat 1 Raja-raja
6:38 “dalam tahun kesebelas
pemerintahannya di mana dia memulai pembangunan tahun ke-4 pemerintahannya” jadi
jelas 7 tahun bukan 11 tahun. Artinya, ketika Salomo membangun Rumah Tuhan, ia
memikirkannya dengan sungguh-sungguh, punya visi ke depan, yang terbaik dia lakukan,
bukan asal jadi dengan mengejar target cepat selesai, seperti yang sering
terjadi pada cara-cara pembangunan di negara kita yang kualitasnya buruk serta
kurang perencanaan yang matang ke depan sehingga harus dibongkar lagi karena
ada pengembangan, pembangunan lainnya, dsb.
Setelah itu
datanglah Firman Tuhan yang kembali mengingatkan kepada Salomo agar hidup
menurut segala ketetapan Tuhan, melakukan segala peraturan, tetap mengikuti
segala perintah Tuhan dan tidak menyimpang. Maka pada akhirnya Tuhan akan
menepati janjiNya kepada Salomo sebagaimana yang telah Allah firmankan kepada
ayahnya Daud (2 Sam. 7:15-16).
Aplikasi
Tema : Muliakanlah
Tuhan melalui Hikmatmu (kepentarenndu). Calvin mengatakan “Soli deo Gloria” (kemulian
hanya bagi Tuhan). Selama kita hidup dan menghidupi hidup kita, baik melalui
kesehatan, tenaga, rejeki, talenta dan seluruh hidup kita, biarlah kita tetap
memuliakan Tuhan. Sebagaimana yang telah dilakukan Salomo, yang terbaik dia
lakukan untuk Tuhan, tidak asal-asalan. Tidak ada prinsip: meros, menggo asal
enggo siban. Jangankan dulu Tuhan yang menilai, kita sendiripun dapat menilai
apakah yang sudah kita lakukan itu sungguh-sungguh yang terbaik atau memang
sekedar asal-asalan?
Ketika kita
dipakai Tuhan menjadi Serayan Tuhan, Pengurus Kategorial, Pengurus PJJ, Pelayan
KAKR berikan yang terbaik bukan hanya sebatas nama dan jabatan saja.
Teknologi
canggih: Hp, iPad, media sosial, dapat dipakai secara positif dalam rangka
menambah informasi untuk membangun diri kita, keluarga dan persekutan. Hal yang
sederhana yang dapat kita lakukan melalui media canggih tersebut adalah
mengajak jemaat untuk hadir dalam kegiatan gereja, mengucapkan selamat ulang
tahun, memberikan ayat motivasi, dll.
Marilah kita gunakan talenta-talenta yang Tuhan
berikan untuk membangun tubuh Kristus (jangan disembunyikan), misalnya : merangkai
bunga, mendekor interior gereja supaya semakin indah, bernyanyi, berdoa,
memotivasi, mengajar KAKR, menghibur dll. Dalam kesatuan kita, biarlah kita
saling melengkapi untuk membangun tubuh Kristus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar