BIMBINGEN KHOTBAH 24
DESEMBER 2014
MALAM NATAL
(Naras Pdt. L. br.
Sinuhadji, Bp. Rey Tarigan)
Introitus :
Mikha 5:4b-5
Ogen :
Ibrani 1:1-4
Khotbah :
Mikha 5:1-4
Tema :
“IA RAJA DAMAI”
BAHAN INTROITUS & OGEN
Nabi Mikha berasal dari kota kecil Moresyet-Gat (Mi. 1:1&14) 40 Km barat
daya Yerusalem. Ia melayani sebagai nabi pada masa pemerintahan tiga raja
Yehuda (Mi. 1:1): Yotam, Ahas dan Hizkia (sekitar tahun 735-700 SM). Ia hidup
sezaman dengan nabi Yesaya yang melayani sebagai nabi di Yerusalem.
Secara garis besar, kitab Mikha berisi: 1) Peringatan terhadap Israel
(Samaria) dan Yehuda (Yerusalem) karena dosa-dosa mereka, khususnya penyembahan
berhala, keangkuhan, penindasan orang miskin, suap-menyuap di antara pemimpin,
ketamakan dan keserakahan, kebejatan, dan keberagamaan yang hampa; 2) Nubuat
tentang hukuman Allah sebagai akibat dari dosa-dosa mereka; 3) Nubuat bahwa damai
sejahtera, kebenaran dan keadilan sejati akan terjadi di masa depan ketika
Mesias memerintah.
Secara khusus Mikha 5:4b-5 (Introitus) berisi nubuat tentang suatu masa
di mana Israel tidak lagi dikuasai oleh bangsa lain, dan setiap bangsa yang
mencoba untuk menguasai Israel akan menemui kegagalan. Angka 7 melambangkan
tindakan Allah yang sempurna dalam melindungi Israel dari kekuasaan bangsa
lain. Angka 8 melambangkan kepastian tindakan Allah yang sempurna tersebut.
Semua itu terjadi ketika Mesias memerintah di tengah-tengah bangsa Israel.
Nubuat nabi Mikha tentang kedatangan Mesias (Ogen) menjadi kenyataan dalam
diri Tuhan Yesus Kristus sebagaimana diceritakan dalam Mat. 2:5-6.
Ketika zaman nabi Mikha hidup, mungkin bangsa Israel tidak mengetahui
siapa Mesias itu dan kapan kedamaian, kebenaran, keadilan sejati akan
benar-benar terwujud di tengah-tengah mereka. Namun nubuat itu cukup untuk
membuat mereka optimis dan kuat menghadapi situasi yang terjadi pada zaman nabi
Mikha.
BAHAN KHOTBAH
Surat Ibrani ditulis sekitar tahun 67-69 M (sekitar 769 tahun kemudian setelah
zaman nabi Mikha), ditujukan kepada orang-orang Kristen Yahudi yang tengah mengalami
penganiayaan dan keputusasaan. Oleh karena itu secara garis besar tujuan
dituliskannya surat Ibrani ini adalah agar orang-orang Kristen Yahudi tetap
mempertahankan imannya kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai pengantara, juruselamat,
pendamai antara Allah dengan manusia berdosa. Ibrani 1:1-4 merupakan penegasan
bahwa penebusan di bawah perjanjian yang lama sudah digenapi karena Tuhan Yesus
telah datang dan menetapkan suatu perjanjian yang baru oleh kematianNya yang
mengerjakan pendamaian.
Keselamatan dalam diri Tuhan Yesus Kristus tidak bisa dipahami oleh
orang-orang Yahudi bukan Kristen karena mereka tetap meyakini bahwa Mesias
harus datang sebagai kekuasaan politis yang mampu mengalahkan penjajahan Romawi
pada masa itu (bdk. Luk. 24:21). Dalam konteks ini menjadi jelas mengapa
orang-orang Kristen Yahudi mengalami penganiayaan dan keputusasaan karena
mereka berbeda dengan orang-orang Yahudi kebanyakan.
PERENUNGAN
Tema : IA RAJA DAMAI. Tema tersebut sama dengan nubuat nabi Yesaya dalam
Yes. 9:5. Mengapa Yesus Kristus disebut sebagai Raja Damai? Karena IA telah
menjadi jurudamai antara Allah dengan manusia. Misi Yesus Kristus terutama adalah mendamaikan
manusia dengan Allah. Manusia perlu berdamai dengan Allah karena dosa telah membuat
manusia berada dalam posisi sebagai musuh Allah. Allah berinisiatif untuk
membebaskan manusia dari belenggu dosa, sehingga manusia terbebas dari murka
Allah. Dari pihak manusia, tentu saja diharapkan agar manusia mau diperdamaikan
dengan Allah (2 Kor. 5:20-21). Inilah point pertama yang penting untuk
direnungkan, apakah kita sudah benar-benar hidup dalam perdamaian dengan Allah?
Hidup dalam perdamaian dengan Allah mengindikasikan hidup di dalam pesekutuan
dengan Allah dan tidak lagi hidup dalam kekuasaan dosa. Kedamaian sejati hanya
akan terwujud melalui perdamaian kita dengan Allah.
Setelah kita hidup dalam perdamaian dengan Allah, kita diutus untuk menjadi
jurudamai di antara sesama dan alam semesta. Berdamai dengan alam semesta merupakan
hal yang penting dewasa ini karena kecenderungan manusia berdosa yang selalu
ingin mengeksploitasi alam semesta untuk keuntungan dirinya sendiri sehingga
terjadi bencana di mana-mana. Inilah point kedua yang perlu kita renungkan
bersama-sama.
Point ketiga yang perlu kita renungkan besama-sama adalah, damai bukan
berarti bebas dari masalah atau persoalan. Masalah atau persoalan yang dimaksud
di sini adalah masalah atau persoalan yang disebabkan oleh karena status kita
sebagai anak-anak Allah atau orang-orang yang sudah hidup dalam perdamaian
dengan Allah. Selama kita hidup di dalam dunia, kita tidak akan pernah bebas
dari persoalan hidup, tetapi di dalam Yoh. 16:33 Tuhan memberikan janjiNya
kepada kita yang percaya bahwa Tuhan (sudah dan) akan mengalahkan semua
persoalan. Damai bukan juga berarti bahwa kita membiarkan segala bentuk
ketidakbenaran supaya “damai-damai saja,” itu adalah damai yang semu, damai
yang biasa dilakukan oleh orang-orang berdosa untuk membenarkan ketidakbenaran.
Yoh. 14:27 menyatakan bahwa damai yang diberikan Allah kepada kita tidak sama
dengan damai yang diberikan oleh dunia ini. Itulah sebabnya orang-orang percaya
yang menyatakan kebenaran selalu dibenci dunia, tetapi Tuhan mengatakan “Jangan
gelisah dan gentar hatimu” (bdk. Mat. 10:32-42). Damai di dalam Kristus adalah
sikap kita dalam menghadapi berbagai situasi, bahkan yang berat sekalipun, di
mana kita tetap optimis, percaya akan penyertaan Tuhan dan dengan sukacita
menghadapi setiap persoalan.
Berita Natal adalah berita damai, karena telah lahir Raja Damai yang
membawa damai sejati ke tengah-tengah dunia ini. Mintalah kekuatan dari Tuhan
supaya kita dimampukan membawa damai Kristus di manapun kita berada. “Berbahagialah
orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah” (Mat.
5:9).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar